Tentang Planning Punya Anak

Saya masih memandangi aplikasi kalender di smartphone. Denial, berhitung. Pasalnya saya lupa periode masa subur saya. Arrgh, kesal sekali rasanya. Ingin marah, tapi toh masih harus menunggu 7 hari kedepan untuk ketahuan hasilnya apakah saya hamil atau tidak. Bukannya ngga pengen hamil, yaa saya pengen tapi ngga sekarang juga.... -___- 

Setiap ada kesempatan kumpul keluarga, dan setiap kumpul dengan teman2, sebenernya saya belum begitu terganggu dengan pertanyaan "Kapan isi?" (issh mau tau aja sih looo -__- ). Sebagai pasangan yang baru menikah, kami (tepatnya saya) merencanakan untuk menunda memiliki anak. . Paling tidak dalam 1 tahun kedepan. Alasannya? untuk adaptasi. Saya berpikir, kami masih butuh adaptasi dalam kehidupan pernikahan kami. Sejak awal merencanakan pernikahan, dalam prenuptial agreement yang kami buat, saya menyetujui untuk tinggal (mengontrak rumah) yang lokasinya dekat dengan orang tua suami. Yaa...... tentu saja dengan perhitungan bahwa kami akan menunda memiliki anak sampai paling tidak 1 tahun kedepan.

Lalu pasti ada pertanyaan, "Kan tinggal dekat dengan orang tua, kenapa malah menunda? Ngga takut susah punya anak nanti?"

Gini yaa,, tidak cukup memungkinkan untuk saya memiliki anak saat ini. Pertama kehidupan kami baru saja dimulai. Tinggal seperti sekarang saja apa-apa masih bergantung orang tua, apalagi kalau sudah punya anak?! Saya ingin minimal, kami benar2 sudah hidup mandiri.

Mertua saya adalah orang yang cukup sibuk. Meskipun beliau hanya bekerja dari rumah, namun rasanya tidak mungkin jika saya menitipkan anak pada mereka. Lalu bagaimana dengan orang tua saya sendiri? Kedua orang tua saya bekerja, dan satu-satunya orang yang saya percayai untuk 'dititipkan' anak adalah sepupu saya, yang tinggal di dekat rumah orang tua saya. 

Sejak awal saya menikah, sepupu saya menginginkan agar saya menitipkan anak pada dia, karena dia ingin merawat anak kecil lagi, dan lagi pula pemahaman mendidik anak juga sepahaman dengan saya. Saya ngeri kalau anak saya harus diurus oleh mbak-mbak atau tetangga yang beda adatnya, hahahaha. Jadi, kalau mau punya anak sekarang, harus ribut dulu karena melanggar prenup dengan suami. Isshhh... mana mau si pak suami dilanggar prenup nya! XD

"Resign saja! Gak usah khawatir rejeki anak pasti ada." , duh pasti yang ngomong ibu-ibu idealis :)) hahahahaha enak banget nyuruhnya..... emangnya kalo saya resign situ mau nanggung biaya hidup kita? :P Lagian saya bisa depresi kalo di rumah terus-terusan. Bekerja adalah salah satu cara saya untuk me-time. Resign boleh, kalau saya diterima di tempat yang family friendly, dan dunia kreatif, biar ngga bosen di rumah mulu. :P

Efeknya belakangan ini saya menjadi sangat uring-uringan, sebel dan gampang ngambek sama pak suami. Jadi semena-mena "Pokoknya minta di anterin ke IKEA!" :))))) Anything!! Jangan salahkan bunda mengandung, salahkan bapakmu yang ngga pake sarung! 

*tulisan ini ditulis dengan kondisi sangat emosional. bye!

Share this:

ABOUT THE AUTHOR

Anggun Fuji
A Wife | An Engineer | Love to talk about Home Decor, Lifestyle and Beauty Things (♥ω♥ )

2 komentar :